Pimpin Jakarta, Anies-Sandi Diminta Tak Hanya Main Aman

Ahli Tata Kota Yayat Supriyatna berharap Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, tidak main aman atau hanya menjalankan pemerintahan yang normatif. 
Seharusnya, menurut Yayat, gubernur dan Wagub yang baru bisa jauh lebih baik dari saat ini, terutama dalam melakukan terobosan-terobosan. "Jadi gini, gubernur baru ini mau main cepat, atau main aman? Kalau main aman, sederhana tadi dikatakan, sudah ada dari tim transisi membuat dokumen teknokratisnya," kata Yayat dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 14 Oktober 2017.
Dia menambahkan, dokumen teknokratis ini sama kalau kita mau bikin Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). “Kita biasanya SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) menyusun teknokratis sebagai bahan RPJMD, selain ada Musrembang." 
Menurut Yayat, kalau hanya main aman dengan mengacu pada RPJMD, atau ‘naskah akademis’ yang dibikin oleh tim transisi, bisa dipastikan kinerjanya sebatas mengacu pada anggarannya. "Nah ini punya problem nih, kalau pendekatannya seperti itu, model-model seperti ini agak berbeda dengan zaman Pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) sebelumnya," ujarnya. 
Yayat menilai, Ahok menggunakan dua pendekatan. Pertama, mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kedua, menggunakan terobosan, sehingga dapat menggunakan dana-dana non-bujeter dalam pembangunan. 
"Karena, dia tahu ada masalah yang tidak bisa diatasi oleh APBD. Nah, sekarang ini ada kemauan ini, sejauh mana Pak Anies dan Pak Sandi akan menggunakan peraturan-peraturan yang inovatif, yang banyak terobosan, yang untuk dipegang kembali yang hasil produknya Pak Ahok-Djarot," kata Yayat. 
Dia mencontohkan, terobosan yang dihasilkan duet Ahok-Djarot ketika memimpin, yakni Peraturan Gubernur 119 Tahun 2016 tentang Insentif Ketinggian Bangunan. Itu dipandangnya menjadi terobosan yang bagus karena bisa mendapatkan sumber-sumber pembiayaan bagi pembangunan Jakarta.
Jalan Layang Semanggi, misalnya. Pembangunannya menggunakan dana kompensasi dari pengembang, atas kelebihan Koefisien Lantai Bangunan (KLB). "Anggaran Semanggi, yang tadinya dicanangkan sekitar 400-500 miliar, ternyata untuk bangun Semanggi butuh dana sekitar 200 miliar, sisanya itu dipergunakan untuk pendistribusian yang kita lihat dimana-mana saat ini," ujarnya. 
Jika Pergub 119 itu sesuatu yang baik, menurut Yayat, seharusnya Gubernur DKI Jakarta yang baru dapat berani melakukan terobosan-terobosan yang lebih baik lagi. "Cuma teman-teman tetangga sebelahnya (DPRD) nanti terganggu enggak?" ujarnya seraya tertawa.

Yayat melanjutkan, contoh lain yang dilakukan Ahok-Djarot ada sekitar 10 item terobosan. Salah satunya soal bantuan bus dan ruang tata hijau. "10 item, ini kan tidak ada di dalam RKPD-nya," ujarnya.
Karena itu, Yayat mengingatkan, janji Anies-Sandi pada kampanye, utamanya mengenai terobosan terget rumah dengan DP 0 rupiah.  Jika ada target 500 rumah DP nol rupiah, penganggarannya yang 400 itu menggunakan APBD. Sisanya, 100 rumah lagi menggunakan dana non-APBD. 
Selain itu, soal penataan Kalijodo juga dianggap terobosan. "Itu tidak ada di Musrembang, tidak ada di RKPD, tiba-tiba inisiatif," ujar Yayat.
Dia menambahkan, "Nah ini perlu kita sikapi, apakah gubernur yang baru ini mengacu pada pendekatan-pendekatan yang normatif saja atau berani lakukan terobosan-terobosan. Nanti, teman-teman DPRD  yang mengawasinya."

Komentar